Kabar Kesehatan: Mengenal Vektor Kecoa

April 21, 2018

Ayatun (2017) dalam Karya Tulisnya menyampaikan bahwa Kecoa merupakan serangga yang hidup di dalam rumah, restoran, hotel, rumah sakit, gudang, kantor, perpustakaan dan lain-lain. Serangga ini sangat dekat kehidupannya dengan manusia, menyukai bangunan yang hangat, lembab dan banyak terdapat makanan, hidupnya berkelompok, dapat terbang, aktif pada malam hari seperti di dapur, di tempat penyimpanan makanan, sampah, saluran-saluran air kotor dan sering bersembunyi di tempat-tempat gelap. Serangga ini dikatakan pengganggu karena mereka biasa hidup di tempat kotor dan dalam keadaan terganggu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap (Sucipto, 2011).

Perilaku kecoa biasanya mengeluarkan makanan yang baru dikunyah atau memuntahkan makanan dari lambungnya membuat kecoa mudah menularkan penyakit pada manusia. Agen penyakit yang dapat ditularkan adalah jenis virus, bakteri, protozoa, cacing dan fungi penyakit yang ditimbulkan oleh agen penyakit yang ditularkan yaitu diare, virus polio dan virus hepatitis. Pada beberapa kasus
kecoa menyebabkan alergi pada manusia dengan efek dermatitis kulit, edema kelopak mata, gatal dan reaksi alergi lainnya (Sucipto, 2011). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Tanjungpinang pada tahun 2016 menunjukkan bahwa jumlah pasien diare di kota Tanjungpinang tercatat sekitar 2.868 penderita diare yang terdiri dari laki-laki sebanyak 1.455 dan perempuan 1.413 (Dinkes Tanjungpinang, 2016).
Dalam peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 374/menkes/per/III/2010 menjelaskan tentang perlunya pengendalian vektor. Pengendalian vektor dilakukan dengan memakai metode pengendalian vektor terpadu yang merupakan suatu pendekatan yang menggunakan kombinasi
beberapa metoda pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan pertimbangan keamanan, rasionalitas dan efektifitas pelaksanaannya serta dengan mempertimbangkan kesinambungannya. Pengendalian vektor dilakukan dengan meningkatkan penggunaan metode non kimia dan menggunakan pestisida secara rasional serta bijaksana.
Pengendalian kecoa menurut Depkes RI (2002) dalam Sucipto 2011 terdiri dari 4 cara, yaitu dengan cara pencegahan, sanitasi, trapping dan pengendalian dengan insektisida. Penggunaan bahan kimia sebagai pengendalian dengan insektisida dilakukan apabila ketiga cara sebelumnya telah dilakukan namun tidak berhasil. Pada dasarnya semua insektisida beracun, gejala keracunan yang ditimbulkan adalah gejala muskarinik seperti terjadi peningkatan sekresi bronchial, berkeringat, dan air mata. Gejala nikotinik seperti pada penderita berat: kejang diafragma dan otot pernafasan. Gejala syaraf pusat, seperti menujukkan gejala keracunan berat (Kemenkes RI, 2012).
Penggunaan insektisida harus penuh dengan kehati-hatian dengan penuh pertimbangan terhadap kesehatan masyarakat serta lingkungannya, oleh karena itu perlu ditemukan cara lain yang lebih aman untuk mengatasi masalah kecoa (Kemenkes RI, 2012). Pembatasan penggunaan bahan-bahan kimia terutama pestisida kimia mulai mengalihkan kepada pemanfaatan jenis-jenis pestisida yang
aman bagi lingkungan (Asmaliyah, 2010).
Untuk lengkapnya silahkan berkunjung ke perpustakaan Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang
KTI : Ayatun, Nada Rindu (2017). GAMBARAN PENGGUNAAN EKSTRAK CABAI MERAH (Capsicum annum) SEBAGAI INSEKTISIDA NABATI DENGAN METODE MASERASI TERHADAP  PEMBASMIAN VEKTOR KECOA  (Periplaneta americana) DI  KOTA TANJUNGPINANG.

Artikel Terkait

Next Article
« Prev Post
Previous Article
Next Post »
Penulisan markup di komentar
  • Untuk menulis huruf bold gunakan <strong></strong> atau <b></b>.
  • Untuk menulis huruf italic gunakan <em></em> atau <i></i>.
  • Untuk menulis huruf underline gunakan <u></u>.
  • Untuk menulis huruf strikethrought gunakan <strike></strike>.
  • Untuk menulis kode HTML gunakan <code></code> atau <pre></pre> atau <pre><code></code></pre>, dan silakan parse kode pada kotak parser di bawah ini.

Disqus
Tambahkan komentar Anda

No comments